Pandangan Islam Tentang Kemuliaan Dari Seorang Ibu




Assalam’ualaikum Wr. Wb..

Salam sejahterah kutunjukan kepada sobat-sobat semua, yang selalu senantiasa dilindungi oleh Allah agar bisa selalu beraktifitas dengan kesibukan kesehariannya dengan baik. Yang seperti pada artikel islami sebelumnya, dimana kali ini aku ingin membahas sedikit tentang kemulian seorang ibu kepada anak-anaknya, khusunya dalam pandangan islam dengan diriwayatkan lansung oleh sahabat Rasullulah, bahwa telah datang seseorang anak perempuan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi Wasallam dan diapun bertanya kepada rasul, siapakah yang paling berhak untuk aku layani sebaik-baiknya. Nabi pun menjawab dia adalah “Ibumu” hingga tiga kali dengan pertanyaannya, kemudian selain ibuku siapa lagikah wahai Rasul, Nabi pun menjawab dia adalah “Ayahmu”, lalu Nabi Muhammad pun menjelaskan kepadanya, bahwa betapa pentingnya sosok seorang Ibu untuk anak-anaknya, karena dia banyak berjasa besar dalam menjadikan anak-anaknya tumbuh sehat, cerdas, dan bertakwa hanya kepada Allah, dan seorang ibulah tokoh utama dibalik semua kesuksesan yang ada pada anak-anaknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
(HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

“Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu.’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.”

Allah Subhanahu Wa Taala Berfirman :

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqman Ayat 14)

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau pun pernah berkata jika Allah itu sudah memberikan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya dari setiap anak-anaknya disaat mereka masih berada didalam perut kandungan ibunya :

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (Nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘Alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (Mudhgah) selama empat puluh hari, kemudian diutus kepadanya seorang malaikat, “Yang lalu ditiupkan pula padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.” Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. “Akan tetapi telah ditetapkan baginya dengan ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.”
(HR. Bukhari No. 6594 dan Muslim No. 2643)



Sesungguhnya pula Allah telah mengharamkan kamu mendurhakai dengan sengaja kepada ibu kandungmu karena berani berdusta hanya semata-mata untuk mencari banyak kesenangan duniawimu saja. Allah pun sangat membencimu wahai wanita karena dengan kecantikan fisik dan jasmanimu, tapi kau telah berani mengingkari fitrah dan kodrat yang telah aku berikan. karena sebuah perkataan omong kosongmu, banyak dan menyia-nyiakan harta aqidah dan qaidah’mu. Dengan Allah berfirman yang janganlah sekali-kali wahai anak wanita yang berani membentak ibumu dengan kata-katamu yang kasar, menciptakan sebuah aib didalam keindahan keluargamu, karena sesungguhnya surgamu itu ada pada ibu kandungmu, dan ucapkanlah selalu kepada ibu dan ayahmu dengan kata-kata yang mulia yang penuh dengan kasih sayang

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’ : 23)

Karena kebesaran dari sebuah perjuangan ibu yang dilanjutkan dengan waktu dimana kita dilahirkan ke dunia, disaat itulah dia dapat merasakan rasa sakit yang begitu hebat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dengan perasaan khawatir yang sangat besar akan keselamatan dari kelahiran kita sebagai anaknya, hingga terdapat sebuah pilihan yang nampak ada di depan matanya yaitu kematian ataukah sebuah kehidupan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Yang demikianlah sobat yang bisa aku sampaikan kali ini tentang kemulian dari sosok seorang ibu. Semoga kita bisa menjadi seorang anak yang taat, patuh, berbakti dan mampu bales budi (kebaikannya) juga kepada orang tua, khususnya kepada ibu kandung kita sendiri, tak lupa aku akhiri dengan mengucapkan

Original Post By
http://shintya.pun.bz

Wassalam’ualaikum Wr. Wb..

2 Responses to "Pandangan Islam Tentang Kemuliaan Dari Seorang Ibu"

  1. seorang ibu yang penuh kasih sayang kepada anak2nya akan dicintai oleh Allah dan Rosulnya, maka janganlah duharka kepadanya, sebab syurga ada ditelapak kaki ibu..

    BalasHapus
  2. aku selalu berterima kasih kepada IBU dengan ketulusannya, karena dari dialah ridho dan syurga akan diberikan oleh Allah kepada anak2 yg sholeha

    BalasHapus